ASUHAN KEPERAWATAN KISTA
OVARIUM
TINJAUAN TEORITIS
- DEFINISI
- Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
- Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000)
- Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).
- Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Winkjosastro, et. all, 1999).
- Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
- Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
- Kista adalah pembesaran suatu organ yang di dalam berisi cairan seperti balon yang berisi air. Pada wanita organ yang paling sering terjadi Kista adalah indung telur. Tidak ada keterkaitan apakah indung telur kiri atau kanan. Pada kebanyakan kasus justru tak memerlukan operasi. (http:// suara merdeka.com)
Pembagian tumor ovarium :
a. Tumor Nonneoplastik.
1) Tumor akibat
radang
2) Tumor lain :
Kista folikel
Kista korpus luteum
Kista lutein
Kista inklusi germinal
Kista endometrium
Kista stein – Leventhal.
b. Tumor neoplastik
1) Tumor Jinak
a) Tumor
Kistik
Kistoma ovari simpleks
Kistadenoma ovari serosum
Kistadenoma ovari musinosum
Kista endimetroid
Kista dermoid.
b) Tumor Solit
Fibroma, leiomioma, fibroadenoma,
papiloma, angioma, linfangioma.
Tumor brenner
Tumor sisa adrenal
2) Tumor ganas
Ovarium.
- SIFAT KISTA
- Kista Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu
normal normal saja. Sasuai suklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan
folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut
berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan
dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu
operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu
diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di
usia reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa
ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin kstanya bersifat fisiologis.
Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
- Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker
ovarium. Kanker ovarium merupakan
penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang
tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa
menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien
dating pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer.
Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative
cepat, yang kadang tidak disadari si penderita. Karena, kista tersebut sering
muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa aalnya agak
sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian
bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah
cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan
melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian
perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada
yang bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan
benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi
ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab
perubahan sifat tersebut.
Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat
sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis
yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan
jaringan solid dan dapat bersifat ganas.
- JENIS KISTA
Jenis
kista indung telur meliputi:
- Kista Fungsional.
Sering
tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti
terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada
kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bilan.
- Kista Dermoid.
Terjadi
karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa
jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung
telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/
pecah.
- Kista Cokelat. (Edometrioma)
Terjadi
karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat
keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat
pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan
tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi
kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa
sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
- Kistadenoma.
Berasal
dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung telur kanan
dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh
sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi
tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari
20 tahun.
Contoh
Kistadenoma;
Kistadenoma
ovarii serosum.
Berasal
dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler perlu
dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar
kista musinosum.
Gambaran
klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat
timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii
musinosum.
Kistadenoma
ovarii musinosum.
Asal kista
belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat lain
mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau mempunyai asal
yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar
dapat tumbuh menjadi sangat bersar.
Gambaran
klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga
timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal. Selain
itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan
dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa
salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.
- ETIOLOGI
Factor
yang menyebabkan gajala kista meliputi;
- Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya;
- Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
- Zat tambahan pada makanan
- Kurang olah raga
- Merokok dan konsumsi alcohol
- Terpapar denga polusi dan agen infeksius
- Sering stress
- Faktor genetic.
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya
karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia
tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen,
yaitu gen pemicu kanker.
- TANDA DAN GEJALA
Kebanyakan
wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama.
Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Pada
stadium awal gejalanya dapat berupa;
- Gangguan haid
- Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
- Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
- Nyeri saat bersenggama.
Pada
stadium lanjut;
- Asites
- Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
- Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
- Gangguan buang air besar dan kecil.
- Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
- PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Deteksi
dini
Keterlambatan
mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium berada didalam
rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker ovarium ini
di deteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar maka akan
terabab ada benjolan. Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya akan
dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda tanda kanker atau tidak.
Kemudian
dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy) untuk
memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan
laparskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan
dan tumor marker dengan pemeriksaan darah.
- PENATALAKSANAAN
Penderita
kanker ovarium stadium dini dapat ditangani dengan operasi yang kemudian
dilanjutkan dengan terapi. Bila kanker ovarium telah memasuki stadium lanjut
baru di lakukan kemoterapi atau radiasi.
- Pengkajian.
Pengkajian
umum kista:
- Ada tidaknya keluhan nyeri diperut bagian bawah?
- Ada tidaknya gangguan BAB dan BA?
- Ada tidaknya asites?
- Ada tidaknya perut membuncit?
- Ada tidaknya gangguan nafsu makan?
- Ada tidaknya kembung?
- Ada tidaknya sesak nafas?
Pengkajian
diagnostic kista:
- USG : Ada tidaknya benjolan berdiameter > 5 cm
- CT Scan: Ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan.
- Nursing Care Plan
Kemungkinan Diagnosa Yang muncul.
1.
Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/
infeksi pada tumor.
2.
Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan penatalaksanaannya.
3.
Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg
kurang adequat.
4.
Resiko gangguan BAB / BAK berhubungan dengan penekanan daerah sekitar tumor.
Intervensi Keperawatan.
1.
Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/
infeksi pada tumor
(Tujuan: Setelah diberi tindakan kepw,nyeri
berkurang sampai hilang sama sekali)
a. Kaji
tingkat dan intensitas nyeri.
(R/
mengidentifikasi lingkup masalah)
b. Atur
posisi senyaman mungkin.
(R/ Menurunkan tingkat ketegangan pada
daerah nyeri)
c.
Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.
(R/menghilangkan
rasa nyeri)
d. Ajarkan
dan lakukan tehnik relaksasi.
(Merelaksasi otot – otot tubuh).
2.
Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan penatalaksanaannya.
(Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi
tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas) berkurang.
a.
Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.
(R/ mengidentifikasi lingkup masalah secara
dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya )
b.
Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya.
(R/ Informasi yang tepat menambah wawasan
klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya )
c.
Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
(R/ Hubungan yang terapeutuk dapat
menurunkan tingkat kecemasan klien.
3.
Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg
kurang adequat.
(Tujuan : Selama dalam perawatan, infeksi
luka operasi tidak terjadi)
a.
Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya.
(R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi
yang lebih berat )
b.
Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptik.
(R. menekan sekecil mungkin sumber
penularan eksterna )
c.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.
(Membunuh
mikro organisme secara rasional )
DAFTAR PUSTAKA
- Marylin. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. edisi 3, penerbit buku kedokteran, Jakarta: EGC.
- Mansjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI.
- Sarwono P. ( 1999). Ilmu Kandungan, Yayasan bina pustaka, edisi 2, Jakarta. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000.
- Sylvia Anderson. (2000). Patofisiologo penyakit, edisi 4, penerbit EGC buku kedokteran, Jakarta.